Kajian Rutin Santri PPMI Assalaam; Pentingnya Santri Memahami Historis “Halal Bil Halal”

0Shares

Sukoharjo – Sudah menjadi rutinitas wajib bagi santri Pondok Pesantren Modern Islam (PPMI) Assalaam untuk mengikuti kajian setiap Jum’at dan Rabu setelah jamaah maghrib. Adapun yang menarik pada kajian malam ini Jum’at (3/5) bersamaan momentum bulan Syawal santri diajak lebih tahu dan memahami Historis Halal Bil Halal yang disampaikan oleh Ustadz H. Dr. Kadarusman, M.Ag. yang bertempat di Masjid PPMI Assalaam.

Di hadapan seluruh santri, Ustadz Dr Kadarusman,M.Ag. menjelaskan suatu tradisi di Indonesia yang tidak dijumpai di Arab yang dinamakan Halal Bil Halal. Adapun yang dimaksud Halal Bil halal yaitu orang datang dan pergi untuk memberi maaf dan memaafkan. Di mulai pada tahun 1935 orang India datang ke Solo untuk berjualan martabak, untuk melariskan jualan ini orang India merekrut pribumi. Yang mana martabak ini diserukan dengan martabak malabar halal bin halal.

Di zaman Indonesia merdeka istilah ini diangkat kembali oleh Ir. Soekarno dan konsultasi pada KH. Wahab Hasbullah agar menyatukan kesatuan umat untuk membangun negara dengan cara silaturrahmi dengan istilah baru yang beberbeda dari sebelumnya dan disebut halal bi halal. Di mana halal bi halal ini sangat identik dengan agama Islam.

Maka terdapat beberapa perbedaan makna halal bi halal yang telah disebutkan. Namun makna halal bi halal yang sering kita laksanakan di Indonesia adalah silaturrahmi dari satu rumah ke rumah lain untuk memberi maaf dan meminta maaf.

Kemudian mengapa kita malas untuk beribadah karena mendapat gangguan dari setan. Beberapa saat kita akan menemui kita atau orang di sekitar kita malas beribadah. Cara menanggulangi setan yaitu dengan cara dzikrullah, mendekatkan diri kepada Allah. Dzikir ini dengan meruqyah meliputi: Surat Al-fatihah, surat Al-Kafirun, surat Al-Ikhlas, surat Al-Falaq dan surat An-Nas.

Semoga dengan kajian malam hari ini memberikan pemahaman mengenai istilah halal bi halal dan maknanya. Dan para santri terhindar dari segala rasa malas serta bersegera dalam beribadah.

Kontributor : Ustadzah Nihayah

Comments are closed, but trackbacks and pingbacks are open.