Sukoharjo, Jumat, 5 September 2025 – Setelah melaksanakan salat Subuh berjamaah, Santri Pondok Pesantren Modern Islam (PPMI) Assalaam mengikuti Pengajian Maulid Nabi Muhammad S.A.W. yang diadakan di Masjid PPMI Assalaam. Kajian kali ini menghadirkan pemateri Ustadz Yurid Shifa A’lal Firdaus, M.Ag.
Dalam pengajian ini, Ustadz Yurid Shifa mengutip sabda Rasulullah SAW, “Perbanyaklah kalian untuk bershalawat kepadaku di hari Jumat. Barangsiapa yang paling banyak bershalawat kepadaku, maka dia akan mendapatkan kedudukan yang paling dekat denganku” (HR. Imam Baihaqi).
Nabi Muhammad SAW, sejak lahir, sudah melalui kehidupan yang penuh ujian. Beliau lahir dalam keadaan yatim karena ayahnya, Abdullah, wafat saat beliau masih dalam kandungan. Tak lama setelah itu, ibunya, Aminah, juga wafat ketika beliau berusia 6 tahun. Kehidupan Nabi yang yatim piatu ini mengajarkan kita untuk selalu bersandar kepada Allah sebagai sebaik-baik penolong.


Saat remaja, Nabi Muhammad SAW menggembala kambing, lalu ikut pamannya berdagang hingga ke Syam. Pada usia 25 tahun, beliau menikah dengan Sayyidah Khadijah RA, meskipun ada perbedaan usia yang cukup signifikan. Hal ini tidak menghalangi perjuangan mereka bersama dalam dakwah Islam.
Pada usia 35 tahun, ketika kaum Quraisy berselisih mengenai siapa yang berhak meletakkan Hajar Aswad, Nabi Muhammad SAW menunjukkan kebijaksanaannya dengan membentangkan kain dan meminta semua kabilah untuk mengangkat batu tersebut bersama-sama, lalu beliau meletakkannya kembali di tempat semula.
Pada usia 40 tahun, Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama dan memulai dakwah Islam. Kemudian beliau hijrah ke Madinah untuk membangun masyarakat Islami yang penuh dengan persaudaraan.
Nilai Keteladanan Nabi Muhammad SAW
Dari perjalanan hidup Nabi Muhammad SAW, kita bisa mengambil pelajaran tentang empat sifat utama yang menjadi landasan keteladanan beliau:
-
Shiddiq – Kejujuran yang tidak diragukan.
-
Amanah – Dapat dipercaya.
-
Tabligh – Menyampaikan kebenaran dengan jelas dan komunikatif.
-
Fathanah – Kecerdasan dan kebijaksanaan dalam mengambil keputusan.
Empat Pilar Etika Keteladanan Nabi Muhammad SAW
-
Akhlak yang mulia
Menjaga lisan sesuai dengan sabda Nabi: “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah berkata baik atau diam.” -
Kebermanfaatan
Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.” -
Menjaga emosi
Nabi SAW mengingatkan, “Jangan marah, maka bagimu surga.” -
Ukhuwah Islamiyah
Nabi bersabda, “Tidak beriman salah seorang di antara kalian hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.”
Dengan adanya kajian Maulid Nabi Muhammad SAW ini, diharapkan seluruh santri dapat meneladani akhlak Nabi dan mengamalkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam interaksi sosial maupun dalam menjalankan tugas mereka sebagai pelajar dan anggota masyarakat.
Kontributor: Nihayatul Qoribah, M.Pd.