
International Festival of Engineering, Science, and Technology (I-FEST2) di Tunisia, Afrika merupakan ajang bergengsi bagi peneliti-peneliti belia di seluruh dunia. Salah dua dari para peneliti belia ini yaitu, Qonitina Luthfiyah Amirah (XII MIPA) dan Rizkyatus Sholihah (XII MIPA). Mereka adalah santriwati MA PPMI Assalaam Sukoharjo yang masuk dalam TIM CYS (Center Of Young Scientist) Indonesia bidang Fisika dengan judul “Diamond Barrier As An Addition to The Efficiency of The Water Wheel”, tentang produk kincir air.
Ajang ini berlangsung pada 28 – 31 Agustus 2020. Diikuti kurang lebih 45 negara dengan seleksi makalah 1500 judul. Proses seleksi dilaksanakan secara virtual dengan pengajuan artikel, kemudian disaring menjadi 150 judul untuk masuk final presentasi poster artikel. Pada akhirnya, Indonesia berhasil meraih empat medali emas, empat medali perak, dan enam medali perunggu. MA PPMI Assalaam berhasil menyumbangkan satu medali emas dalam kompetensi bidang Fisika.

Qonitina Luthfiyah Amirah (XII MIPA) dan Rizkyatus Sholihah (XII MIPA) mengawali karya mereka sejak duduk di kelas X dengan menjadi jawara di Provinsi Jawa Tengah dan maju tingkat Nasional di Jakarta, hingga terpilih sebagai finalis mewakili Indonesia dalam ajang Internasional untuk Riset Kompetisi. Awal mula capaian mereka saat ini, dengan mengikuti Lomba Peneliti Belia (LPB), Center of Young Scientist yang berjudul “Diamond Barrier As An Addition to The Efficiency of The Water Wheel” di Indonesia Institue for Life (I3L), Serpong, Jawa Barat. Pada LPB, kedua santri berhasil lolos sebagai salah satu kurang lebih 100 finalis, kemudian lolos ke delapan besar tingkat Nasional. Lalu dipilih enam finalis yang diajukan oleh Indonesia Institue for Life (i3L) pada ajang International Festival of Engineering, Science, and Technology (I-FEST2) yang diselenggarakan oleh Tunisian Associayion for the Future of Sciences and Technology (ATAST) di Tunisia, Afrika dengan judul terbaik di bidang Fisika saat ajang LPB.
Hal yang membedakan antara proses kompetisi LPB tingkat Nasional di Indonesia dan I-FEST2 tingkat Internasional di Tunisia, Afrika adalah metode penelitian dan penghitungan data. Jika ajang LPB, mereka fokus pada rotasi kecepatan produk per menit, maka ajang I-FEST2 fokus pada daya dan energi produk dengan penambahan dinamo untuk produk.

Proses pelaksanaan kompetisi ini bukan tanpa jerih payah dan kendala, karena persiapan dan pembimbingan berlangsung dua bulan di bawah naungan Ustadz Yan Surono, pengajar yang pakar di bidang Fisika, sekaligus pernah punya pengalaman mengajar di Sekolah Republik Indonesia Tokyo, Jepang selama 4 tahun. Mereka harus menyusun pengantar materi publikasi, mempelajari ulang data-data yang ada, mempelajari teori Fluida dan energi, mengkaji manfaat produk kincir air, menyempurnakan produk, merancang pengujian ulang produk, mempelajari ulang teori efisiensi dan efetivitas, serta merakit produk kincir air untuk uji coba. Apalagi proses pelaksanaan lomba ini berlangsung secara virtual dengan hiasan kendala jaringan internet terkadang kurang stabil, proses visualisasi model dengan penyampaian jarak jauh secara Online, dan tentunya penyesuaian perbedaan waktu antara Afrika dan Indonesia.
Kedua santriwati peneliti ini mengaku bangga dan puas karena karya mereka diapresiasi hingga tingkat Internasional. Semoga dengan capaian mereka saat ini, dapat meningkatkan kreativitas dan inovasi dalam keilmuannya, serta bisa memotivasi para santri lain untuk belajar dan mencintai dunia penelitian. (red: Freda Yunia Rahma)